Manga

 

MANFAAT ZAT GIZI BAGI MANUSIA SEPANJANG DAUR KEHIDUPANNYA

MANFAAT ZAT GIZI BAGI MANUSIA SEPANJANG DAUR KEHIDUPANNYA

KARBOHIDRAT
SUSUNAN KIMIA : Cn H2n On
KLASIFIKASI
1. Karbohidrat sederhana
Monoskarida (glukosa, fruktosa,galaktosa)
Disakarida (Sukrosa,Laktosa, Theralosa)
Gula Alkohol (Sorbitol, Manitol, Dulcitol, Inositol )
Oligosakarida (Rafinosa, Stakiosa, Verbaskosa, Fruktan)
2. Karbohidrat kompleks
Terdiri atas :
Polisakarida yang terdiri atas lebih lebih dari dua ikatan monosakarida (pati, dektrin, glikogen.
Serat (Polisakarida non pati)
Tidak larut dalam air ( Selulosa, hemiselulosa,lignin )
Larut Air (Pektin Gum Mukilase, Glukan, Algal)
Manfaat Karbohidrat Dalam Tubuh
Sumber energi
Pemberi rasa manis pada makanan
Penghemat Protein
Pengatur metabolisme lemak
Membantu pengeluaran faeses
LEMAK (LIPIDA)
KLASIFIKASI
1. Lipida Sederhana
2. Lipida majemuk (Compound Lipids)
Fosfolipida
Lipoprotein
3. Lipida turunan (Devrived Lipids)
Asam Lemak
Sterol (Kolesterol, hormon steroid, Vit D, garam Empedu)
Fungsi Lemak Dalam Tubuh
Sumber Energi / cadangan energi
Sumber asam lemak Esensial
Alat angkut Vitamin larut lemak
Menghemat Protein
Memberi rasa kenyang dan rasa lezat
Sebagai pelumas
Memelihara suhu tubuh
Pelindung Organ tubuh

Protein
Berasal dari bahasa Yunani “Proteos” artinya yang utama= zat yang paling penting dalam tubuh
Fungsi Protein
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Pembentukan ikatan esensial tubuh
Mengatur keseimbangan air
Memeliharan netralitas tubuh
Pembentukkan antibodi
Pengangkut zat Gizi
Sumber energi
 

Epilepsi

Anak kena epilepsi?

Tak jarang banyak orangtua yang frustasi begitu mengetahui anak mereka mengidap epilepsi atau kita lazim menyebutnya ayan.
Bayangan kejang-kejang mendadak yang menakutkan dan masa depan suram langsung berkelebatan.
Meski tak ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan epilepsi, dengan bantuan pengobatan yang benar, sekitar 80% anak-anak yang mengidap penyakit ini mampu hidup normal.

"Kita tak punya obat untuk menyembuhkan epilepsi, dan malangnya terapi serangan mendadak praktis tak ada. Cuma ada cara bagaimana mengelola serangan itu," kata William R. Turk, MD, Kepala Divisi Neurology di Nemours Children's' Clinic, Jacksonville, Florida. "Tapi pada anak, tetap ada peluang. Jika orangtua dapat memberikan pengobatan tepat, serangan mendadak mungkin bisa dienyahkan."
Pandangan yang selama ini berkembang, epilepsi adalah sebuah penyakit turunan yang menular dan tidak bisa diobati. Ternyata hal ini dibantah oleh dua dokter anak yang merupakan pakar saraf anak FKUI/RSCM Jakarta, yakni Dr. Hardiono S Pusponegoro, Sp A dan Dr. Irawan Mangunatmadja, Sp A. Menurut kedua pakar tersebut, epilepsi bisa disembuhkan dengan total dan hanya 1% dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetika atau keturunan. Dan deteksi serta perawatan yang dini bagi penyandang epilepsi, terutama sejak balita sangat efektif menyembuhkannya dari penyakit epilepsi secara total.

Dr. Hardiono pernah memiliki pasien yang berobat padanya sejak kecil, dan sampai pasien itu SMA semua berjalan dengan baik karena ia tidak pernah kambuh di muka umum bahkan sangat jarang walaupun tidak di muka umum. Namun sayangnya ketika pasien itu memasuki kelas II SMU, ia harus bunuh diri karena tidak kuat menahan sanksi sosial dari masyarakat yang mengucilkkannya karena menganggap penyakit epilepsi yang diderita pasien tersebut menular dan semacam kutukan.

Hal ini tentunya sangat disayangkan oleh kedua dokter dan tidak sepatutnya terjadi. Oleh karena itu Anda harus mengubah cara pandang dan lebih aktif melakukan pendeteksian dini sejak balita agar epilepsi yang diderita balita Anda bisa diatasi dengan baik.

Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan memperhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan balita Anda sejak lahir. Kalau saja balita Anda sering melakukan gerakan-gerakan yang aneh tanpa sebab dan berulang-ulang maka segera hubungi dokter anak Anda untuk menanyakannya. Kemudian perhatikan juga jika ia mulai sering terkejut (kaget) tanpa sebab yang jelas dan mengulangi sampai beberapa kali.

Penyebab epilepsi pada bayi masih sulit untuk dirumuskan para dokter dan lazim disebut idiopatik, namun yang pasti mereka tidak melihat kaitan yang jelas antara orangtua yang epilepsi dengan anak-anak mereka yang menyandang epilepsi juga seperti digembar-gemborkan saat ini. Selain itu juga sangat kecil jumlah penyandang epilepsi akibat keturunan. Maka sejak kini, jangan kucilkan siapapun yang menyandang epilepsi karena hal ini tidak ada bedanya dengan penyakit-penyakit yang lainnya. Apalagi jika ia anak Anda atau orang yang dekat di hati Anda.

"Epilepsi
Bisa Disembuhkan"


Sekitar 400.000 anak di AS mengidap epilepsi, dan mereka dapat mengendalikan serangan mendadak itu serta mampu hidup normal.
Lalu bagaimana jika anak kena serangan mendadak? Biasanya serangan ini berlangsung amat cepat, dan Anda tak punya cukup banyak waktu untuk berbuat sesuatu. Peristiwa kejang-kejang, dengan mulut mengeluarkan busa, seringkali menjadi momen yang mencekam bahkan menakutkan. Tapi sebagai orangtua, Anda harus sigap jika serangan itu sewaktu-waktu datang.


Bagaimana caranya?
<> Hindarkan anak dari benda-benda berbahaya yang berpotensi melukai dirinya
<> Kendorkan pakaian di area leher, termasuk ikat pinggang
<> Taruh bantal atau sesuatu yang lembut di bawah kepala
<> Baringkan dia menghadap ke satu sisi


Kapan saatnya memanggil ambulans?
<> Jika anak terluka selama mendapat serangan mendadak
<> Anak mungkin menelan air/cairan
<> Serangan berlangsung lebih lama dari lima menit

Hal yang tak boleh dilakukan selama anak mendapat serangan:
<> Meletakkan benda di mulutnya. Jika anak mungkin menggigit lidahnya selama serangan mendadak, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. Anda malah mungkin tergigit, atau parahnya, tangan Anda malah mematahkan gigi si anak.
<> Mencoba membaringkan anak. Orang, bahkan anak-anak, secara ajaib memiliki kekuatan otot yang luar biasa selama mendapat serangan mendadak. Mencoba membaringkan si anak ke lantai bukan hal mudah dan tidak baik juga.
<> Berupaya menyadarkan si anak dengan bantuan pernapasan mulut ke mulut selama dia mendapat serangan mendadak, kecuali serangan itu berakhir. Jika serangan berakhir, segera berikan alat bantu pernapasan dari mulut ke mulut jika si anak tak bernapas.
<> Hal yang tak boleh dilupakan adalah: Selalu menuliskan nomer-nomer darurat, seperti rumah sakit atau dokter, di tempat yang mudah dijangkau. Jika si anak mendapat serangan mendadak dan butuh pertolongan segera, Anda tak kalang kabut lagi mencarinya... Penyakit epilepsi ada beberapa jenis. Tidak semua jenis sama obatnya. Maka perlu tahu dulu, pertama apa betul epilepsi. Selain dari riwayat serangan, dipastikan dengan pemeriksaan EEG (elektroencephalography). Dari sana akan muncul jenis epilepsinya.
Epilepsi Bukan Penyakit Menular Secara umum masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi. Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular, bukan penyakit jiwa, bukan penyakit yang diakibatkan "ilmu klenik", dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Definisi Epilepsi yang benar adalah lepas muatan listrik yang berlebihan dan mendadak, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dalam/dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu.

Penyebab Epilepsi antara lain: faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen), kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami operasi otak. Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme, gangguan peredarah darah, keracunan, alergi dan cacat bawaan.

Jenis Epilepsi meliputi, epilepsi tonik klonik (grandmal), epilepsi absans (petit mal), epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek, epilepsi atonik, dan epilepsi mioklonik.

Cara Menanggulangi jika kebetulan menemukan penderita epilepsi yang tengah "kumat", jangan sekali-kali memasukkan/meletakkan sesuatu ke dalam mulut korban, Jangan memaksa membuka gigi, jangan menahan gerakan saat klonik (kejang). Biarkan penderita sadar sendiri, tapi terlebih dahulu lindungi kepalanya dengan bantal. Setelah sadar, miringkan tubuhnya dan bantu memulihkan pernafasan. Lalu jangan diberi minum lebih dahulu, karena amat berbahaya bisa tersedak. Untuk pengobatannya serahkan pada dokter spesialis. Lalu minum obat secara teratur (tidak boleh lupa), kemudian hindari kelelahan, kemalaman, kedinginan, kecemasan, dan kelaparan. "Jika semua itu dilakukan sesuai 'aturan main', dipastikan penderita epilepsi bisa sembuh, hidup dan berkembang seperti anak yang normal,"

Mengobati epilepsi
Sementara itu, ahli bedah saraf dari Universitas Diponegoro Zainal Muttaqin kepada Media mengatakan, tindakan bedah saraf juga dapat dilakukan untuk mengobati penyakit epilepsi.
Menurut Zainal, besarnya jumlah penyandang epilepsi di Indonesia belum diimbangi dengan penanganan menyeluruh. Penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur. Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat.
"Sebenarnya 30% penyandang epilepsi bisa dibantu melalui operasi bedah saraf, dengan tingkat keberhasilan 90%," tuturnya. Masih menurutnya, bila pengidap epilepsi sedang kejang, maka sejumlah sel sarafnya mengalami kerusakan.
Dalam kondisi kejang, kata dia, penyandang epilepsi menahan napas yang menyebabkan otak kekurangan oksigen. Hal itu mengakibatkan 50 sel dari 10 miliar sel saraf mati. Dikhawatirkan, bila kejang berlangsung dalam frekuensi sering, maka jumlah sel yang rusak semakin terakumulasi.
Bedah saraf bagi penyakit epilepsi telah dimulai sejak 15 tahun lalu di negara maju. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis, dikenal dengan epilepsi psikomotorik. Di Jepang saja, setidaknya 150 operasi dilakukan setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia baru dimulai sekitar 1999.

Penyakit epilepsi merupakan manifestasi klinis berupa muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak berupa serangan kejang berulang.
Penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu epilepsi idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) dan epilepsi simtomatik (peyebab diketahui, misalnya tumor otak, pasca trauma otak). Pengaruh faktor genetik atau herediter memang ada tetapi kecil, biasanya termasuk pada yang idiopatik.
Jenis serangan kejang pada epilepsi sangat bermacam-macam, secara garis besar dibagi menjadi kejang parsial (lokal) dan kejang umum (general).
Untuk menegakkan diagnose epilepsi biasanya dokter akan melakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisis maupun pemeriksaan penunjang seperti EEG, CTScan, MRI dll.
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika Anda terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.

Jangan mudah percaya bahwa minum kopi bisa menghindari dari kejang atau step. Secara medis, menurut salah satu Dokter Anak di Jakarta, sebetulnya kopi tidak bergunauntuk mengatasi kejang. Kopi justrudapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan pada saat anak Anda mengalami kejang, yang akhirnya mengantarkan pada kematian.

MENCEGAH KEJANG
• Demam tinggi pada anak dapat diatas dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si kecil) selama kurang lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih

• Jangan melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si kecil dengan lap pres dingin)

• Kalau dinyatakan epilepsi, segera minum obat resep dokter secara teratur

• Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat anak tidak mungkin meminum obat.
sedia selalu obat penurun panas di rumah seperti parasetamol.
Lidah Buaya Mengobati Epilepsi

Epilepsi sebenarnya merupakan gangguan pada sistem syaraf otak. Penyebabnya beragam. Salah satunya karena benturan,

Terapi awal yang bisa dilakukan di rumah, adalah dengan campuran daun lidah buaya dan es batu. Cari daun lidah buaya secukupnya. Haluskan, kemudian dimasukkan ke dalam panci. Beri es batu, ditambah sedikit garam. Selanjutnya campuran tadi, digunakan untuk mengompres kepala. Lakukan sehari satu kali, selama tujuh hari berturut-turut.
Anak kena epilepsi?

Tak jarang banyak orangtua yang frustasi begitu mengetahui anak mereka mengidap epilepsi atau kita lazim menyebutnya ayan.
Bayangan kejang-kejang mendadak yang menakutkan dan masa depan suram langsung berkelebatan.
Meski tak ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan epilepsi, dengan bantuan pengobatan yang benar, sekitar 80% anak-anak yang mengidap penyakit ini mampu hidup normal.

"Kita tak punya obat untuk menyembuhkan epilepsi, dan malangnya terapi serangan mendadak praktis tak ada. Cuma ada cara bagaimana mengelola serangan itu," kata William R. Turk, MD, Kepala Divisi Neurology di Nemours Children's' Clinic, Jacksonville, Florida. "Tapi pada anak, tetap ada peluang. Jika orangtua dapat memberikan pengobatan tepat, serangan mendadak mungkin bisa dienyahkan."
Pandangan yang selama ini berkembang, epilepsi adalah sebuah penyakit turunan yang menular dan tidak bisa diobati. Ternyata hal ini dibantah oleh dua dokter anak yang merupakan pakar saraf anak FKUI/RSCM Jakarta, yakni Dr. Hardiono S Pusponegoro, Sp A dan Dr. Irawan Mangunatmadja, Sp A. Menurut kedua pakar tersebut, epilepsi bisa disembuhkan dengan total dan hanya 1% dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetika atau keturunan. Dan deteksi serta perawatan yang dini bagi penyandang epilepsi, terutama sejak balita sangat efektif menyembuhkannya dari penyakit epilepsi secara total.

Dr. Hardiono pernah memiliki pasien yang berobat padanya sejak kecil, dan sampai pasien itu SMA semua berjalan dengan baik karena ia tidak pernah kambuh di muka umum bahkan sangat jarang walaupun tidak di muka umum. Namun sayangnya ketika pasien itu memasuki kelas II SMU, ia harus bunuh diri karena tidak kuat menahan sanksi sosial dari masyarakat yang mengucilkkannya karena menganggap penyakit epilepsi yang diderita pasien tersebut menular dan semacam kutukan.

Hal ini tentunya sangat disayangkan oleh kedua dokter dan tidak sepatutnya terjadi. Oleh karena itu Anda harus mengubah cara pandang dan lebih aktif melakukan pendeteksian dini sejak balita agar epilepsi yang diderita balita Anda bisa diatasi dengan baik.

Salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan memperhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan balita Anda sejak lahir. Kalau saja balita Anda sering melakukan gerakan-gerakan yang aneh tanpa sebab dan berulang-ulang maka segera hubungi dokter anak Anda untuk menanyakannya. Kemudian perhatikan juga jika ia mulai sering terkejut (kaget) tanpa sebab yang jelas dan mengulangi sampai beberapa kali.

Penyebab epilepsi pada bayi masih sulit untuk dirumuskan para dokter dan lazim disebut idiopatik, namun yang pasti mereka tidak melihat kaitan yang jelas antara orangtua yang epilepsi dengan anak-anak mereka yang menyandang epilepsi juga seperti digembar-gemborkan saat ini. Selain itu juga sangat kecil jumlah penyandang epilepsi akibat keturunan. Maka sejak kini, jangan kucilkan siapapun yang menyandang epilepsi karena hal ini tidak ada bedanya dengan penyakit-penyakit yang lainnya. Apalagi jika ia anak Anda atau orang yang dekat di hati Anda.

"Epilepsi
Bisa Disembuhkan"


Sekitar 400.000 anak di AS mengidap epilepsi, dan mereka dapat mengendalikan serangan mendadak itu serta mampu hidup normal.
Lalu bagaimana jika anak kena serangan mendadak? Biasanya serangan ini berlangsung amat cepat, dan Anda tak punya cukup banyak waktu untuk berbuat sesuatu. Peristiwa kejang-kejang, dengan mulut mengeluarkan busa, seringkali menjadi momen yang mencekam bahkan menakutkan. Tapi sebagai orangtua, Anda harus sigap jika serangan itu sewaktu-waktu datang.


Bagaimana caranya?
<> Hindarkan anak dari benda-benda berbahaya yang berpotensi melukai dirinya
<> Kendorkan pakaian di area leher, termasuk ikat pinggang
<> Taruh bantal atau sesuatu yang lembut di bawah kepala
<> Baringkan dia menghadap ke satu sisi


Kapan saatnya memanggil ambulans?
<> Jika anak terluka selama mendapat serangan mendadak
<> Anak mungkin menelan air/cairan
<> Serangan berlangsung lebih lama dari lima menit

Hal yang tak boleh dilakukan selama anak mendapat serangan:
<> Meletakkan benda di mulutnya. Jika anak mungkin menggigit lidahnya selama serangan mendadak, menyisipkan benda di mulutnya kemungkinan tak banyak membantu. Anda malah mungkin tergigit, atau parahnya, tangan Anda malah mematahkan gigi si anak.
<> Mencoba membaringkan anak. Orang, bahkan anak-anak, secara ajaib memiliki kekuatan otot yang luar biasa selama mendapat serangan mendadak. Mencoba membaringkan si anak ke lantai bukan hal mudah dan tidak baik juga.
<> Berupaya menyadarkan si anak dengan bantuan pernapasan mulut ke mulut selama dia mendapat serangan mendadak, kecuali serangan itu berakhir. Jika serangan berakhir, segera berikan alat bantu pernapasan dari mulut ke mulut jika si anak tak bernapas.
<> Hal yang tak boleh dilupakan adalah: Selalu menuliskan nomer-nomer darurat, seperti rumah sakit atau dokter, di tempat yang mudah dijangkau. Jika si anak mendapat serangan mendadak dan butuh pertolongan segera, Anda tak kalang kabut lagi mencarinya... Penyakit epilepsi ada beberapa jenis. Tidak semua jenis sama obatnya. Maka perlu tahu dulu, pertama apa betul epilepsi. Selain dari riwayat serangan, dipastikan dengan pemeriksaan EEG (elektroencephalography). Dari sana akan muncul jenis epilepsinya.
Epilepsi Bukan Penyakit Menular Secara umum masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi. Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular, bukan penyakit jiwa, bukan penyakit yang diakibatkan "ilmu klenik", dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Definisi Epilepsi yang benar adalah lepas muatan listrik yang berlebihan dan mendadak, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dalam/dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu.

Penyebab Epilepsi antara lain: faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen), kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami operasi otak. Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme, gangguan peredarah darah, keracunan, alergi dan cacat bawaan.

Jenis Epilepsi meliputi, epilepsi tonik klonik (grandmal), epilepsi absans (petit mal), epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek, epilepsi atonik, dan epilepsi mioklonik.

Cara Menanggulangi jika kebetulan menemukan penderita epilepsi yang tengah "kumat", jangan sekali-kali memasukkan/meletakkan sesuatu ke dalam mulut korban, Jangan memaksa membuka gigi, jangan menahan gerakan saat klonik (kejang). Biarkan penderita sadar sendiri, tapi terlebih dahulu lindungi kepalanya dengan bantal. Setelah sadar, miringkan tubuhnya dan bantu memulihkan pernafasan. Lalu jangan diberi minum lebih dahulu, karena amat berbahaya bisa tersedak. Untuk pengobatannya serahkan pada dokter spesialis. Lalu minum obat secara teratur (tidak boleh lupa), kemudian hindari kelelahan, kemalaman, kedinginan, kecemasan, dan kelaparan. "Jika semua itu dilakukan sesuai 'aturan main', dipastikan penderita epilepsi bisa sembuh, hidup dan berkembang seperti anak yang normal,"

Mengobati epilepsi
Sementara itu, ahli bedah saraf dari Universitas Diponegoro Zainal Muttaqin kepada Media mengatakan, tindakan bedah saraf juga dapat dilakukan untuk mengobati penyakit epilepsi.
Menurut Zainal, besarnya jumlah penyandang epilepsi di Indonesia belum diimbangi dengan penanganan menyeluruh. Penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur. Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat.
"Sebenarnya 30% penyandang epilepsi bisa dibantu melalui operasi bedah saraf, dengan tingkat keberhasilan 90%," tuturnya. Masih menurutnya, bila pengidap epilepsi sedang kejang, maka sejumlah sel sarafnya mengalami kerusakan.
Dalam kondisi kejang, kata dia, penyandang epilepsi menahan napas yang menyebabkan otak kekurangan oksigen. Hal itu mengakibatkan 50 sel dari 10 miliar sel saraf mati. Dikhawatirkan, bila kejang berlangsung dalam frekuensi sering, maka jumlah sel yang rusak semakin terakumulasi.
Bedah saraf bagi penyakit epilepsi telah dimulai sejak 15 tahun lalu di negara maju. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis, dikenal dengan epilepsi psikomotorik. Di Jepang saja, setidaknya 150 operasi dilakukan setiap tahunnya. Sementara itu, di Indonesia baru dimulai sekitar 1999.

Penyakit epilepsi merupakan manifestasi klinis berupa muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak berupa serangan kejang berulang.
Penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu epilepsi idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) dan epilepsi simtomatik (peyebab diketahui, misalnya tumor otak, pasca trauma otak). Pengaruh faktor genetik atau herediter memang ada tetapi kecil, biasanya termasuk pada yang idiopatik.
Jenis serangan kejang pada epilepsi sangat bermacam-macam, secara garis besar dibagi menjadi kejang parsial (lokal) dan kejang umum (general).
Untuk menegakkan diagnose epilepsi biasanya dokter akan melakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisis maupun pemeriksaan penunjang seperti EEG, CTScan, MRI dll.
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika Anda terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.

Jangan mudah percaya bahwa minum kopi bisa menghindari dari kejang atau step. Secara medis, menurut salah satu Dokter Anak di Jakarta, sebetulnya kopi tidak bergunauntuk mengatasi kejang. Kopi justrudapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan pada saat anak Anda mengalami kejang, yang akhirnya mengantarkan pada kematian.

MENCEGAH KEJANG
• Demam tinggi pada anak dapat diatas dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si kecil) selama kurang lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih

• Jangan melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si kecil dengan lap pres dingin)

• Kalau dinyatakan epilepsi, segera minum obat resep dokter secara teratur

• Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat anak tidak mungkin meminum obat.
sedia selalu obat penurun panas di rumah seperti parasetamol.
Lidah Buaya Mengobati Epilepsi

Epilepsi sebenarnya merupakan gangguan pada sistem syaraf otak. Penyebabnya beragam. Salah satunya karena benturan,

Terapi awal yang bisa dilakukan di rumah, adalah dengan campuran daun lidah buaya dan es batu. Cari daun lidah buaya secukupnya. Haluskan, kemudian dimasukkan ke dalam panci. Beri es batu, ditambah sedikit garam. Selanjutnya campuran tadi, digunakan untuk mengompres kepala. Lakukan sehari satu kali, selama tujuh hari berturut-turut.
 

Parampaa

Cheat Lengkap Game Quiz Parampaa 1
1.Klik ” Mulai ”
2.Klik ” A ”
3.Klik lingkaran kecil di huruf ” i ” yg adaa ditulisan ” kecil ”
4.Klik ” AY ”
5.Klik ” B ”
6.Klik tulisan ” Yup! ”
7.Klik ” Jali ”
8.Klik ” ? ” yg sama dg gambar di atas
9.Ingat… langsung tekan OK
10.Klik ” b ”
11.Klik ” Mati ” Pada tulisan ” Matematika ”
12.Klik aja
13.Klik ” 13 ” Pada tulisan ” Level 13 ”
14.Klik ” Merah-Biru-Kuning-Merah-Hijau ”
15.Tekan ” Spasi ” di keyboard
16.Lari ke ujung kanan atas!
17.Gerakin cicaknya sampai ke tujuan.Jangan kena yg warna hitam
18.Klik huruf ” P A N D A ”
19.Klik ” 21 ”
20.Klik ” D ”
21.Klik ” E ”
22.Potong Kabel /Kertas merah di bom
23.Klik ” 23 ” di baris ke 3 dan ke 3 dr kiri
24.Pilih latar warna ” Merah-biru-kuning-merah-hijau ” ,Jangan di baca tulisannya!
25.KLik lingkaran oren ,trus kalo mau ke yg satu lagi ” mouse keluar dri area permainan trus masuk ke lingkaran satu lagi ”
26.Klik persegi panjang yg ” kiri bawah ”
27.Klik ” cicak ” yg ada di bawah 3 hati
28.KLik Black Hole .terus tekan terus mousnya sampai meteornya ga ada lagi ” nanti ada black hole merah ” terus klik black hole merahnya
29.susun puzzlenya,terus klik ” lingkaran ” yg di tunjuk panah
30.Klik ” 20 ”
31.Klik lingkaran oren.terus tekan mousenya terus, sampai ke lingkaran satu lagi
32.Klik ” TDAJ ”
33.Klik ” 100001 ”
34.Klik ” 3 hati ” yg ada di pojok kanan
35.Klik tombol ” merah-biru-kuning-merah-hijau ”
36.Drag tulisan ” level 36 ” .terus klik ” tombol ” di situ
37.Klik ” Zibba ”
38.Tembak ” cowo ”
39.Kliok ” level 39 ”
40.Klik di keyboard ” -> ”
41.Klik huruf ” ! ”
42.Jangan tekan apa2.tunggu sampai selesai
43.Klik ” Pulau Lombok ”
44.Tekan ” 1 ” Pda soal 1=5
45.Klik ” 45 ” Pada tulisan level 45f
46.Urutan nadanya adl C D E F G A B.Terus klik nada agar membentuk ” E G G ”
47.Tembak ” Cowo ”
48.Tulis jawaban ” 11 ”
49.Klik tulisan ” run! ” sampai kepitingnya hilang
50.Tekan angka ” 1 ” di keyboard
51.Lolosin kuncinya,jangan kena area berwarna hitam(Biasanya ada tulisan disitu)
52.Drag tanda (-) Ke tulisan level 52.nanti akan menjadi 5-2 terus di klik
53.tekan ” S ” di keyboard
54.Klik ” 5 ”
55.Ketik ” Anini ” di keyboard
56.Drag tulisan ” bulan ” ,terus klik jawaban yg ada di situ
57.Bolak balik mouse ditanda ” ! ”
58.Klik warna ” Kuning ”
59.Klik warna ” hijau-oren-ungu-hijau –merah ”
60.Klik huruf ” B O N O ”
61.Klik nada hingga membentuk kata ” C A G E ”
62.Jangan tekan apa apa!
63.Klik ” eve ” pada tulisan level 63
64.Klik ” Parampaa ”
65.Klik ” Mr.Krab-Smurf-The Simpson-Mr.Krab-Parampaa ”
66.Ketik ” one ” di keyboard
67.Klik ” Titik-Matahari-Pohon ”
68.Tekan ” F1-F4 ” Di bagian atas keyboard
69.KLik huruf ” A ” di tengah huruf heart
70.Kli jawaban ” 10 ”
71.Tekan ” Shift-6 ” sampai doraemon hilang
72.Tangkap angka ” 2 ” terus drag ke angka 7 pada level 7…
73.Klik ” disket besar-disket kecil-Flashdis-Kaset-Dan yg pertama? ”
74.Klik ” Lingkaran besar kuning tersenyum ”
75.tembak kata ” HER ”
76.Klik kanan mouse,terus nanti muncul mousenya,terus klik tengah huruf ” o ” ,ikutin tanda panahnya hingga ada lingkaran di sekitar tengah huruf ” G ” pada tulisan ” NGGAK ”
77.drag tulisan mouse ke lingkaran,nanti akan muncul kotak,terus drag lagi tulisan mouse-nya ke kotak terus tekan kotaknya
78.Klik pas lampu vilanya hidup
79.Tulis ” TRY AGAIN ”
80.tulis ” the cranberries ”
81.klik ” 13 ”
82.Klik saja huruf yg tertutup bom ” biasanya d f g h ”
83.klik di keyboardd ” ? ”
84. tekan waktunya pas ada tulisan ” s7op ” pada detik ke-3
85.ketik ” level 85 ” ketik ” ” ketik ” you’re welcome ”
86.Klik bagian tengah lingkaran pada diantara angka 8 ,pada tulisan ” level 86 ”
87.Mouse keluar dari layar permainan,tunggu kuncinya masuk,pas udah masuk tekan ” enter ” di keyboard
88.Tekan ” F8 ” di keyboard,terus klik ” safe mode ”
89.tekan buku warna ” biru-ungu-kuning-ungu ”
90.Klik lambing dari ” baris pertama yg ke-3 ” dan ” baris ketiga yg pertama ”
91+.klik ” mana saja ”
91.gerakin orangnya dengan menggunakan ” Wa s d ” ,ambil kuncinya,masuk ke pintu
92.KLik warna ” hijau-merah-kuning-biru-merah ”
93.Hitung warna linkaran ” merahnya ”
94.Klik ” Budi ”
95.Klik ” lanjut? ” pada waktu latarnya berwarna ” Hijau ”
96.Klik ” mata-duri kepala-latar merah-rumput-bintik tangan ”
97.klik ” tombol merah ”
98.Sentuh terus ” bulatannya ” ,nanti yg terakhir ada di antara ” level 98 ”
99.klik saja ” orangnya ”
100.tulis ” 91483 “
Cheat Lengkap Game Quiz Parampaa 2
101.KLIK “MULAI”
102.GERAKIN AJA! JANGAN KENA YG “MERAH”
103.KLIK “THIS LEVEL”
104.KLIK “DI TELITI” “KEKELILIRUAN” “DIKALImAT”"?”
105.KLIK”P”
106.CARI…,TERUS KLIK”TOMBOLNYA”
107.KLIK “I”PADA TULISAN “INDONESIA”
108.KLIK DI KEYBOARD “4″
109.KLIK “M”
110.KLIK “V” PADA TULISAN “LEVEL 10″
111.TULIS “ZIPPO”
112.klik “pojok”
113.drag tulisan “e el” pada tulisan “level 113″ sampai ke tanda bacanya,terus klik tulisannya
114.Tekan nada “7 dan 4″
115.Tekan saja,kalau lawannya itu kita harus apa utk menang?
116.klik yg bentuknya ” ”
117.pilih arahnya yg “terbalik”
118.tulis “yeyeyeyeye”
119.hitung burung yg “terbang”
120.klik “zb-yb-bb-gb”
121.tekan “kedua”
122.tekan “???”
123.tekan sesuatu yg ditunjuk “Wayang”
124.klik bagian tanda “+” yg pertama
125.klik “kaki ayam” terus klik “6″ pada tulisan “level 126″
126.tekan “bulan”
127.tekan “tomat” pada tulisan “monosodium glutomat”
128.klik “parampaa” yg tidak “berkedip”
129.tulis”asooooiiiyyyyy”
130.klik nada “6 7″
131.sabar dulu…,klik warna yg ditunjukkan oleh tulisan “ini”
132.klik “danau’
133.klik tulisan “human”
134.klik “prancis”
135.tekan di keyboard “y”
136.tulis “namtab”
137.tekan “enter” di keyboard “13x”
138.tekan bagian dari “dua dari bawah yg bagian sebelah kanan”
139.tekan “spasi di keyboard”10x”
140.tulis “888-423-4200″
141.tulis “pecasndahe”
142.tekan “12″
143.tekan warna “kuning-merah-biru-kuning-pink”
144.bohong saja…
145.TULIS “145″ TULIS “:’(” TULIS ” I STILL LOVE YOU BABY”
146.tekan di keyboard “\” “/”
147.tekan “tab” di keyboard
148.tulis “password”
149.tekan kota “palu” yg ada di tengah2 pulau “Sulawesi”
150.klik yg menghadap kek kiri yg ada Cuma kelingking,tengah,terlunjuk
151.tekan saja bolanya yg “tinggi”
152.drag tulisan “2″ pada tulisan “level 152″ sampai ke tanda “Titik” yg di sebelah tulisan “keliru”
153.klik yg berbentuk ” ”
154.klik “5MB”
155.klik “tembok besar cina”
156.tekan saja yg benar
157.tekan “524287″
158.tekan “aye-aye”
159.tulis “yoi, tentu saja”
160.Tulis “160″ terus nanti tulis “heritage\falsification\intervantion dll
161.cepat lari ke tmp tujuan!
162.tekan tanda “=”
163.tekan “merah putih,putih,putih,putih,air”
164.tulis “40″
165.tekan di keyboard tanda ” ke kanan,bawah,kiri”
166.tekan “spasi,enter,ener,spasi
167.tulis “13″
168.tekan “saturnus”
169.tekan “169″
170.tekan di keyboard “pampam”
171.itu Cuma gambar,drag saja,terus klik “parampaa”nya
172.drag garis yg utk loadingnya sampai penuh
173.klik “hati” yg paling “kanan”
174.tulis “yess!!”
175.tekan angka “4″ pada no 3.a ,tekan di maksud pada no 3.b, dan I sebelum tanda kurung pertama di no terakhir
176.klik “mata 11X”
177.tekan “#ff0000,#0000ff,#ffff00,#ff0000,#009900″
178.tekan di keyboard “+ 5x”
179.tekan “jasminum sambac”
180.tulis “Sheffield”
181.tekan “6″
182.munculin mousnya dg tekan kanan tekan “ok,close,ok”
183.tekan “telor\ayam”
184.tulis “melayang”
185.tekan “tikus”
186.tulis “mike”
187.tekan “bendera selandia baru”
188.klik lingkaran pada huruf “I”
189.”a, e, i, o, u, h, k, l, m, n, p, w, and” ` itu adalah huruf hawai
190.tekan “190″
191.tekan “7″
192.tekan di keyboard “ff00f”
193.tulis “bandit”
194.JALANIN AJA,HATI HATI KENA YG MERAH,SOALNYA DIA GERAK SENDIRI!. (TIPS:TEKAN KIRI TERUS SAMPAI KE LINGKARAN HIJAU)
195.TEKAN “Parampaa” yg ada di “kado” paling atas
196.tulis “aisenodni”
197.tekan di keyboard dg shift “v,w,x,y,z”
198.tekan “kepala2″ yg ada di gambar
199.tulis “ucrut”
200.tulis “Leucopsar Rothschildi”
201.tekan “delapan 5x”
202.tulis “helmezet”
 

Autisme

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
• interaksi sosial,
• komunikasi (bahasa dan bicara),
• perilaku-emosi,
• pola bermain,
• gangguan sensorik dan motorik
• perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme dalam Data Statistical Manual R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Diagnosa Perpasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV
• 2 Gejala
• 3 Prevalensi Individu dengan autisme
• 4 Implikasi Diagnosa Autisme
• 5 Perkembangan Penelitian Autisme
• 6 Penanganan Autisme di Indonesia
• 7 Terapi Bagi Individu dengan Autisme
• 8 Pranala luar

[sunting] Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV
A. Interaksi Sosial (minimal 2):
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
B. Komunikasi Sosial (minimal 1):
1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social
C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):
1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda


Seorang anak penderita autisme, dengan jajaran mainan yang ia buat
Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.
Referensi baku yang digunakan secara universal dalam mengenali jenis-jenis gangguan perkembangan pada anak adalah ICD (International Classification of Diseases) Revisi ke-10 tahun 1993 dan DSM (Diagnostic And Statistical Manual) Revisi IV tahun 1994 yang keduanya sama isinya. Secara khusus dalam kategori Gangguan Perkembangan Perpasiv (Perpasive Developmental Disorder/PDD): Autisme ditunjukkan bila ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu: Interaksi Sosial – Komunikasi – Perilaku.
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
• Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970
• yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal
• The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
• The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
• The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
Diagnosa yang akurat dari Autisme maupun gangguan perkembangan lain yang berhubungan membutuhkan observasi yang menyeluruh terhadap: perilaku anak, kemampuan komunikasi dan kemampuan perkembangan lainnya. Akan sangat sulit mendiagnosa karena adanya berbagai macam gangguan yang terlihat. Observasi dan wawancara dengan orang tua juga sangat penting dalam mendiagnosa. Evaluasi tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu memungkinkan adanya standardisasi dalam mendiagnosa. Tim dapat terdiri dari neurolog, psikolog, pediatrik, paedagog, patologis ucapan/kebahasaan, okupasi terapi, pekerja sosial dan lain sebaginya.
[sunting] Gejala
Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.
Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu
Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.
[sunting] Prevalensi Individu dengan autisme
Diperkirakan terdapat 400.000 individu dengan autisme di Amerika Serikat. Sejak tahun 80 – an, bayi-bayi yang lahir di California – AS, diambil darahnya dan disimpan di pusat penelitian Autisme. Penelitian dilakukan oleh Terry Phillips, seorang pakar kedokteran saraf dari Universitas George Washington. Dari 250 contoh darah yang diambil, ternyata hasilnya mencengangkan; seperempat dari anak-anak tersebut menunjukkan gejala autis. National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) memperkirakan bahwa autisme dan PDD pada tahun 2000 mendekati 50 – 100 per 10.000 kelahiran. Penelitian Frombonne (Study Frombonne: 2003) menghasilkan prevalensi dari autisme beserta spektrumnya (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah: 60/10.000 – best current estimate dan terdapat 425.000 penyandang ASD yang berusia dibawah 18 tahun di Amerika Serikat. Di Inggris, data terbaru adalah: 62.6/10.000 ASD. Autisme secara umum telah diketahui terjadi empat kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan yang terjadi pada anak perempuan. Hingga saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti. Saat ini para ahli terus mengembangkan penelitian mereka untuk mengetahui sebabnya sehingga mereka pun dapat menemukan ‘obat’ yang tepat untuk mengatasi fenomena ini. Bidang-bidang yang menjadi fokus utama dalam penelitian para ahli, meliputi; kerusakan secara neurologis dan ketidakseimbangan dalam otak yang bersifat biokimia. Dr. Ron Leaf saat melakukan seminar di Singapura pada tanggal 26 – 27 Maret 2004, menyebutkan beberapa faktor penyebab autisme, yaitu:
• Genetic susceptibility – different genes may be responsible in different families
• Chromosome 7 – speech / language chromosome
• Variety of problems in pregnancy at birth or even after birth
Meskipun para ahli dan praktisi di bidang autisme tidak selamanya dapat menyetujui atau bahkan sependapat dengan penyebab-penyebab di atas. Hal terpenting yang perlu dicatat melalui hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah bahwa gangguan autisme tidak disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat psikologis, misalnya karena orang tua tidak menginginkan anak ketika hamil.
Bagaimana di Indonesia? Belum ditemukan data yang akurat mengenai keadaan yang sesungguhnya di Indonesia, namun dalam suatu wawancara di Koran Kompas; Dr. Melly Budhiman, seorang Psikiater Anak dan Ketua dari Yayasan Autisme Indonesia menyebutkan adanya peningkatan yang luar biasa. “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme diperkirakan satu per 5.000 anak, sekarang meningkat menjadi satu per 500 anak” (Kompas: 2000). Tahun 2000 yang lalu, Dr. Ika Widyawati; staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya setiap tahun terus meningkat. Hal ini sungguh patut diwaspadai karena jika penduduk di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 160 juta, kira-kira berapa orang yang terdata sungguh-sungguh menyandang austime beserta spektrumnya?
[sunting] Implikasi Diagnosa Autisme
Secara historis, diagnosa autisme memiliki persoalan; suatu ketika para ahli dan peneliti dalam bidang autisme bersandarkan pada ada atau tidaknya gejala, saat ini para ahli dan peneliti tampaknya berpindah menuju berbagai karakteristik yang disebut sebagai continuum autism. Aarons dan Gittents (1992) merekomendasikan adanya descriptive approach to diagnosis. Ini adalah suatu pendekatan deskriptif dalam mendiagnosa sehingga menyertakan observasi-observasi yang menyeluruh di setting-setting sosial anak sendiri. Settingya mungkin di sekolah, di taman-taman bermain atau mungkin di rumah sebagai lingkungan sehari-hari anak dimana hambatan maupun kesulitan mereka tampak jelas diantara teman-teman sebaya mereka yang ‘normal’.
Persoalan lain yang mempengaruhi keakuratan suatu diagnosa seringkali juga muncul dari adanya fakta bahwa perilaku-perilaku yang bermasalah merupakan atribut dari pola asuh yang kurang tepat. Perilaku-perilaku tersebut mungkin saja merupakan hasil dari dinamika keluarga yang negatif dan bukan sebagai gejala dari adanya gangguan. Adanya interpretasi yang salah dalam memaknai penyebab mengapa anak menunjukkan persoalan-persoalan perilaku mampu menimbulkan perasaan-perasaan negatif para orang tua. Pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan agar diagnosa semakin akurat dan konsisten sehingga autisme sungguh-sungguh terpisah dengan kondisi-kondisi yang semakin memperburuk? Perlu adanya sebuah model diagnosa yang menyertakan keseluruhan hidup anak dan mengevaluasi hambatan-hambatan dan kesulitan anak sebagaimana juga terhadap kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan anak sendiri. Mungkin tepat bila kemudian disarankan agar para profesional di bidang autisme juga mempertimbangkan keseluruhan area, misalnya: perkembangan awal anak, penampilan anak, mobilitas anak, kontrol dan perhatian anak, fungsi-fungsi sensorisnya, kemampuan bermain, perkembangan konsep-konsep dasar, kemampuan yang bersifat sikuen, kemampuan musikal, dan lain sebagainya yang menjadi keseluruhan diri anak sendiri.
Bagi para orang tua dan keluarga sendiri perlu juga dicatat bahwa gejala autisme bersifat individual; akan berbeda satu dengan lainnya meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau dianggap sebagai high functioning. Membutuhkan kesabaran untuk menghadapinya dan konsistensi untuk dalam penanganannya sehingga perlu disadari bahwa bahwa fenomena ini adalah suatu perjalanan yang panjang. Jangan berhenti pada ketidakmampuan anak tetapi juga perlu menggali bakat-bakat serta potensi-potensi yang ada pada diri anak. Sebagai inspirasi kiranya dapat disebutkan beberapa penyandang autisme yang mampu mengembangkan bakat dan potensi yang ada pada diri mereka, misalnya: Temple Grandine yang mampu mengembangkan kemampuan visual dan pola berpikir yang sistematis sehingga menjadi seorang Doktor dalam bidang peternakan, Donna William yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga dapat menjadi seorang penulis dan seniman, Bradley Olson seorang mahasiswa yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi seorang pemuda yang aktif dan tangkas dan mungkin masih banyak nama-nama lain yang dapat menjadi sumber inspirasi kita bersama. Pada akhirnya, sebuah label dari suatu diagnosa dapat dikatakan berguna bila mampu memberikan petunjuk bagi para orang tua dan pendidik mengenai kondisi alamiah yang benar dari seorang anak. Label yang menimbukan kebingungan dan ketidakpuasan para orang tua dan pendidik jelas tidak akan membawa manfaat apapun.
[sunting] Perkembangan Penelitian Autisme
Tahun 1960 penanganan anak dengan autisme secara umum didasarkan pada model psikodinamika, menawarkan harapan akan pemulihan melalui experiential manipulations (Rimland, 1964). Namun demikian model psikodinamika dianggap tidak cukup efektif. Pada pertengahan tahun 1960-an, terdapat sejumlah laporan penelitian bahwa pelaku psikodinamik tidak dapat memberikan apa yang mereka janjikan (Lovaas, 1987). Melalui berbagai literatur, dapat disebutkan beberapa ahli yang memiliki perbedaan filosofis, variasi-variasi treatment dan target-target khusus lainnya, seperti:
• Rimland (1964): Meneliti karakteristik orang tua yang memiliki anak dengan autisme, seperti: pekerja keras, pintar, obsesif, rutin dan detail. Ia juga meneliti penyebab autisme yang menurutnya mengarah pada faktor biologis.
• Bettelheim (1967): Ide penyebab autisme adalah adanya penolakan dari orang tua. Infantile Autism disebabkan harapan orang tua untuk tidak memiliki anak, karena pada saat itu psikoterapi yang sangat berpengaruh, maka ia menginstitusionalkan 46 anak dengan autistime untuk keluar dari stress berat. Namun tidak dilaporkan secara detail kelanjutan dari hasil pekerjaannya tersebut.
• Delacato (1974): Autisme disebabkan oleh Brain injured. Sebagai seorang Fisioterapi maka Delacato memberikan treatment yang bersifat sensoris. Pengaruh ini kemudian berkembang pada Doman yang dikemudian hari mengembangkan metode Gleen Doman.
• Lovaas (1987): Mengaplikasikan teori Skinne dan menerapkan Behavior Modification kepada anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk anak dengan autistisme di dalamnya. Ia membuat program-program intervensi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang dilakukannya di UCLA. Dari hasil program-program Lovaas, anak-anak dengan autisme mendapatkan program modifikasi perilaku yang kemudian berkembang secara professional dalam jurnal-jurnal psikologi.
Hingga saat ini terdapat banyak program intervensi perilaku bagi anak dengan autisme, setiap program memiliki berbagai variasi dan pengembangan-pengembangan sendiri sesuai dengan penelitian-penelitan dilakukan. Perkembangan studi mengenai autisme kemudian disampaikan oleh Rogers, Sally J., sebagaimana disebutkan di bawah ini:
• 1960s Heavy emphasis on causes of autism, correlates of autism
• 1970s Heavy emphasis on assessment, diagnosis: emerging literature on treatment
• 1980s Heavy emphasis on functional assessment and treatment, school-based services
• 1990s Heavy emphasis on social interventions, assessment, school-based services
• 2000s Litigation, school-based services
[sunting] Penanganan Autisme di Indonesia
Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia diantaranya adalah:
1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri.
2. Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia.
3. Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.
4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi.
5. Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia.
[sunting] Terapi Bagi Individu dengan Autisme
Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif? Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya.
• Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.
• Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime.
• TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children).
• Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).
• Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.
• Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya.
• Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya.
• Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT).
Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengkontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat.
Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya.
 

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP Pengukuran Tanda Vital ( Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah Dan Suhu )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP Pengukuran Tanda Vital ( Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah Dan Suhu )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SOP
Pengukuran Tanda Vital ( Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah Dan Suhu )
Pengertian :
1. Pernafasan
menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi selaman 1 menit.
2. Nadi
menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang dapt teraba yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis.
3. Tekanan darah
melakukan pengukuran tekanan darah ( hasil dari curah jantung dan tekanan darah perifer )mdengan menggunakan spygnomanometer dan sttoskop.
4. Suhu
mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di pasangkan di mulut, aksila dan rektal.
Tujuan :
1. Pernafasan
a) Mengetahui kesdaan umum pasien
b) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
c) Mengikuti perkembangan penyakit
d) Membantu menegakkan diagnosis

2. Nadi
a) Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
b) Mengetahui keadaan umum pasien
c) Mengetahui intgritas sistem kardiovaskulr
d) Mengukuti perjalanan penyakit

3. Suhu
a) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan keperawatan
b) Membantu menegakkan diagnosis

4. Tekanan darah
a) Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
b) Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh
Indikasi
1) Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2) Secara rutin pada pasien yang dirawat
3) Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
a) Persiapan alat :
1) Pernafasan
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2) Nadi
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
3) Tekanan darah
Stotoskop, spygnomanometer, pena dan buku
4) Suhu
Termometer aksila, atau termometer mulut atau rektum, tissue, air bersih, air sabun, air desinfektan, savlon didalam bitol, pena dan buku.
Prosedur kerja :
A. Tahap prainteraksi
1. Baca status pasien
2. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
3. Mencuci tangan
4. siapkan alat

B. Tahap orientasi
1. Menberi salam, pangil pasien dengan panggilan yang di senangi
2. Memperkenalkan nama pasien
3. Jelaskan prosedur dab tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
4. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
5. Jaga privacy pasien

C. Tahap kerja
1. Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
2. Menggunakan sarung tangan
3. Menanyakan keluhan utama melakukan penilaian sesuai dengan prosedur
4. Melakukan kegiatan sesuai perencanaan
a. Penilaian pernafasan
1. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan
2. Membuka baju pasien jika perlu untukmengobservasi gerakan dada
3. Letakan tangan pada dada, mendobservasikeadaan dan kesimetrisan gerak pernafasan
4. Menentukan irama pernafasan
5. Menghitung pernafasan slama 1 menit atau 60 detik
6. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinana ada bunyi abnormal
7. Mencuci tangan

b. Penilaian denyut nadi radialis
1. Mengatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks
2. Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3 jari yang kemudian meraba denyut nadi
3. Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari-jari 1 menit atau 60 detik, jika tidakteraba denyutan, jari-jari digeser kekanan atau kekiri hingga denyut nadi dapat dirasakan
4. Denyut pertama akan terasa atau teraba kuat, jika denyut hilang rabalah, tekanlah hinggadenyut terasa kuat kembali
5. Mencuci tangan

c. Penilaian tekanan darah
1. Mnyiapkan posisi pasien
2. Menyingsingkan lengan baju pasien
3. Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis ( melakukan palpasi nadi branchialis )
4. Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa ) menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci resevoir
5. Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa menekan nadi branchialis
6. Memompa balon manset ±180 mmHg
7. Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon manset hingga melawati bunyi denyut nadi yang terdengar terakhir
8. Pada saat mengendurkan pompa perahtikan bunyi denyut nadi pertama ( syistol ) sampai denyut nadi terakhir ( diastol ) jatuh diangka berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter
9. Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan setelah itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil yang akurat
10. Melepaskan manset
11. Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
12. Mencuci tangan

d. Penilaian suhu pada aksila
1. Mengamati angka yang di tunjuk air raksa dengan benar
2. Menurunkan air raksa bila perlu
3. Mengatur posisi pasien
4. Meletakan termimeter di ketiak tangan kanan atau tangan kiri dengan posisi ujung termometer dibawah kemudian pasien disuruh menjepit termometer dengan cara tangan kanan atau tangan kiri memegang bahu secara bersilangan
5. Menunggu sekitar 5 menit
6. Mengambil termometer setelah 5 menit kemudian mengelap termometer dengan cara berputar dari urutan yang paling bersih keurutan yang paling kotor
7. Menbaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa dengan segera
8. Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin
9. Mencelupkan termometer dengan urutan air savlon, air sabun dan bilas dengan sir bersih
10. Mengeringkan termometer dengan menggunakan tissue
11. Mengembalikan atau menurunkan posisi air raksa
12. Mencuci tangan

D. Tahap terminasi
1. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan prosedur yang telah dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan penghargaan sesuai dengan kemampuan pasien
5. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam

E. Dokumentasi
1. Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
 

LP Post Partum Normal RURI

MASA NIFAS/MASA POST PARTUM

I. PENGERTIAN
 Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Nasional).
 Masa nifas adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 316)
 Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, ulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Sinopsis Obstetri Jilid 1 : hal 115)
 Puerperium (nifas) adalah berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukaan untuk pulihnya alat-alat kandungan pada keadaan yang normal (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB Untuk Pendidikan Bidan : 190).
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (40 hari).
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

II. FISIOLOGI
Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi yaitu :
1. Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah
Tekanan darah menurun karena relaksasi kerja jantung/hypotermi orthostatit, penurunan normalnya sampai 20 mmHg (systole) sedangkan diastole tetap.
 Nadi
Mengalami penurunan/brodikaria, normalnya 50-70 x/mnt.

 Suhu
Mengalami kenaikan, yaitu 380C setelah persalinan yang disebabkan meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal saat proses persalinan berlangsung, akan tetapi bila setelah 24 jam suhu masih tetap tinggi (> 380C) maka hal ini merupakan tanda-tanda infeksi.
b. Kardiovaskuler
 Bradikardia
 Diaporesis pada malam hari dan tidak disertai demam  normal
 Hemoglobin dan hematokrit tetap. Leokosit 15.000-30.000
c. Saluran Perkemihan
 Diuresis pada 24 jam pertama karena oedem waktu pesalinan
 Hematuria karena trauma kandung kencing
 Acetonuria karena dehidrasi pada partus lama
 Proteinuria merupakan proses motorik involusi uteri
d. Endokrin
 Estrogen dan progesterone menurun setelah plasenta lahir
 Prolaktin meningkat karena hisapan bagi pada proses laktasi
 ASI mulai keluar untuk laktasi
e. Mammae
 Keluar colostrums pada minggu I yang berwarna kuning kental, banyak mengandung protein, lemak dan antibody
 ASI pada hari ke-3 mengalami Breast Engogement karena vaskularisasi
f. Sistem Pencernaan
 Minggu pertama : motilitas usus menurus, kekurangan cairan dan ketidaknyamanan perineum bisa mengakibatkan konstipasi.
g. Organ Reproduksi
 Endometrium
- Daerah implantansi mengalami involusi
- 2-3 pp  nekrosis
- 7 hari pp  mulai terbentuk lapisan basa
- 16 hari pp  normal kembali
- 6 minggu pp  perkembangan kembali sel endometrium





 Uterus
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat sympisis
Tidak teraba diatas sympisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
 Lokhea
Merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochea :
Rubra : warna merah, terjadi 2 hari post partum
Sanguinolenta : darah + lendir, warna merah kuning, pada hari ke-3-7 pp
Serosa : warna kecoklatan, terjadi 4-9 hari post partum
Alba : putih setelah 2 minggu
 Serviks
Setelah persalinan bentuknya seperti corong, berwarna kehitaman, lunak, kadang-kadang terjadi perlukaan kecil.
Setelah lahir :
1 jam pp : tangan masih bisa masuk rogga rahim
2 jam pp : dapat dilalui 2-3 jari
7 hari pp : dapat dilalui satu jari
 Vagina
Vagina mengalami perlukaan, oedema dan biru, laserasi, rugae berkurang, dan akan sembuh dalam 6-7 hari bila tidak disertai infeksi
 Perineum
Luka episiotomi maupun robekan perineum akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan nyeri, untuk menguranginya dapat diberikan analgetik.
2. Psikologik
Perubahan Psikologis pada masa nifas
a. Taking in (timbul pada hari 1 sampai 2 hari)
- Dependen
- Pasif
- Fokus pada diri sendiri

- Perlu tidur dan makan
- Konsentrasi menurun
b. Taking Hold (hari ke-3 sampai dengan ke 4-5)
- Dependen – Independen
- Fokus melibatkan bayi
- Perawatan diri sendiri
- Dapat menerima tanggung jawab
- Sistem pendukung
- Konsentrasi normal kembali
c. Lotting Go (minggu ke-5 sampai dengan ke-8)
- Independen pada paru peran baru
- Sistem keluarga telah menyesuaikan diri
- Tubuh klien telah sembuh
- Extended family tidak lagi ikut campur
C. PATOFISIOLOGI

PERAWATAN MASA NIFAS / PURPERIUM
1. Mobilisasi
- Bergantung komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
- Bervariasi : miring kanan / kiri atau duduk / jalan-jalan
- Untuk mencegah tromboplebitis
2. Diet  makanan bergizi mengandung protein, vitamin meningkatkan
banyak cairan kesehatan
3. Miksi Dapat dilakukan sendiri secepatnya
Ibu sulit kencing karena trauma persalinan
4. Defekasi Dapat dilakukan 3 - 4 pp
Obstipasi
5. Perawatan Payudara
Untuk persiapan menyusui  puting lemas tidak pecah-pecah
6. Laktasi Beri ASI sesering mungkin 10-12 x / hari
Isapan bayi  rangsangan psikis reflektoris  oxytocin keluar
Sehingga ASI meningkat produksinya
Cara menyusui dengan baik dan benar
7. Pemeriksaan pasca persalinan
- Pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan)
- Keadaan umum (suhu badan, selera makan)
- Payudara (ASI, puting susu)
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekret yang keluar (lochea, flour albus)
- Keadaan alat kandungan

D. ROBEKAN (RUPTUR PERINEUM) & EPISIOTOMI
 Pengertian
- Laserasi adalah robekan/terputusnya kontinuitus jaringan.
- Episiotomi adalah :
- Membuat irisan perineum untuk memperlancar jalan lahir
- Tindakan melakukan insisi perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir, vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rectovaginal, otot-otot parsia perineum dan kulit sebelah depan perineum (termasuk/disebut laserasi buatan)
- Laserasi spontan adalah robekan/terputusnya kontinuitas jaringan yang terjadi secara tidak sengaja.

Mukosa vagina
Derajat I  robekan pada Fourchete posterior
Kulit perineum
Mukosa vagina
Derajat II  robekan pada Fourchete poserior
Kulit perineum
Otot perineum
Mukosa vagina
Fourchete posterior
Derajat III  robekan pada Kulit perineum
Otot perineum
Otot stingter an external
Mukosa vagina
Purchete posterior
Kulit perineum
Derajat IV  robekan pada Otot perineum
Otot sfingter ani external
Dinding rectum anterior
E. Etiologi Laserasi Spontan
1. Kepala janin terlalu cepat keluar
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan distosia bahu
Indikasi Episiotomi :
1. Gawat janin
2. Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang,

F. Patofisiogi
Laserasi/episiotomi pada jalan lahir  dijahit
Jika dilakukan perawatan perineal yang baik dan tepat mata :
- Tidak jadi infeksi
- Meningkatkan penyembuhan perineum itu sendiri
- Mengurangi ketidaknyamanan pada perineum




G. POHON MASALAH





































SC

INTERVENSI
No Dx/Mslh/Keb Intervensi Rasional
1.












2. Dx : PP Post normal hari pertama











Masalah :
Nyeri pada luka jahitan perineum












2. Konstipasi



1. Observasi TFU, jumlah, warna dan bau lokhea
2. Motivasi untuk mobilisasi


3. Pantau intake dan out take


4. HE tentang personal hygiene dan gizi ibu nifas



1. Evaluasi TTV dan perhatikan perilaku dan ekspresi pasien
2. Anjurkan untuk mobilisasi dini


3. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi



4. Ajarkan dan anjurkan tentang perawatan perineum

1. Anjurkan mobiliasi dini


2. Anjurkan makan-makanan bergizi dan berserat 1. Dapat memastikan bahwa ibu dalam post partum normal
2. Dapat memacu agar aliran darah ibu berjalan lancar dan mencegah terjadinya flebitis
3. Mengetahui terjadinya dehidrasi sejak dini sehingga dapat cepat ditangani
4. Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari peruahan fisik dan emosional
1. Nyeri dapat menyebabkan gelisah dan tekan darah serta nadi meningkat
2. Merelaksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri meningkatkan kenyamanan
3. Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut
4. Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi resiko terjadinya infeksi
1. Latihan kaki, mengencangkan otot abdomen dapat memperbaiki mobilitas usus
2. Gizi cukup sebagai pendukung untuk penyembuhan luka se dang makanan berserat dapat memperlancar proes pencernaan
No Dx/Mslh/Keb Intervensi Rasional



3.













1.












2.


Potensial terjadi infeksi












Kebutuhan :
Personal hygiene
Perawatan payudara
Informasi










Perawatan payudara


3. Anjurkan untuk minum cairan + 8 gelas/hari

1. Observasi TTV

2. Infeksi luka episiotomi terhadap tanda-tanda infeksi/rembesan dan eksudat purulen
3. Perawatan perineum



4. Gunakan teknik aseptik setiap kali melakukan tindakan

1. Anjurkan ibu mandi minimal


2. Inspeksi luka episiotomi terhadap tanda-tanda/ rem besan dan eksudat purlen.
3. Perawatan perineum


4. Gunakan teknik aseptik se tiap kali melakukan tinda kan
1. Anjurkan ibu mandi minimal 2x sehari


2. Ajarkan tentang vulva hygiene 3. Mencukupi kebutuhan cairan tu buh untuk mencegah terjadi nya dehidrasi
5. Demam PP, setelah 24 jam 1 me nunjukkan adanya infeksi
2. Rembesar menandakan adanya hematoma, gangguan pelanyatu an jahitan

3. Lingkungan yang lembab meru pakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteripenyebab infeksi
4. Membantu mencegah dan membatasi penyebaran infeksi


1. Dengan mandi ibu menjadi bersih dan merasa lebih nyaman serta mencegah terjadinya infeksi
2. Rembesan menandakan adanya hematoma, gangguan penyatuan jahitan
3. Lingkungan yang lembab meru media paling baik untuk pertum buhan bekteri penyebab infeksi
4. Membantu mencegah dan mem batasi penyebaran infeksi

1. Dengan mandi ibu menjadi bersih dan merasa lebih nyaman serta mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah infeksi membantu penyembuhan
No
Dx/Mslh/Keb Intervensi Rasional



3.


Informasi


3. Anjurkan ibu untuk mema kai Bh yang menyokong

1. Berikan informasi tentang peran program latihan pasca partum progesif
2. BH Yang menyokong dapat menyangga payudara dan meningkatkan kenyamanan
1. Latihan membantu tonus otot, me ningkatkan sirkulasi, menghasil kan tubuh yang seimbang dan me ningkatkan perasaan sejahtera se cara umum


DAFTAR PUSTAKA


 Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 2. Jakarta : EGC.
 Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Nonatal. Jakarta : YBP-SP.
 Prawirohadjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.


ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU POST PARTUM

Tempat : KABERS RSIA MELINDA
Tanggal pengkajian : 06 Maret 2006
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama Pasien : Ny. Erna Puspitarinisih
Umur : 25 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat Kantor : -
Alamat Rumah : Dsn. Grompol Rt 4/1
Nebrak-Gampengrejo Nama suami : Tn. Purnomo
Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp. 850.000,- /bln
Alamat Kantor : -
Alamat rumah : Dsn. Grompol Rt 4/1
Nebrak-Gampengrejo
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan 3 jam lalu habis melahirkan anak yang pertama, ibu mengatakan jalan lahir ditebarkan dan dijahit.
3. RIWAYAT ANTENATAL
- HPHT : 09 Juni 2005
- HPL : 16 Maret 2006
- UK :
- ANC : Bidan Sulistyaningsih
- TT : 2x selama hamil
- Keluhan selama hamil : TM I : mual dan muntah
4. RIWAYAT MENSTRUASI
- Anak lahir tanggal/jam : 06 Maret 2006 / 19.40 wib
- Jenis kelamin/BB/TB : Perempuan/3400 gram/50 cm
- Apgar skore : 8-9
- Cacat bawaan : tidak ada
- Jenis persalinan : spontan
- Plasenta : lahir lengkap
- Perineum : episiotomi

- Perdarahan kala III : tidak terkaji
- Perdarahan kala IV : tidak terkaji
- Perdarahan total : + 250 cc
- Infus cairan : RL
- Transfusi : tidak
5. POLA MAKAN DAN MINUM
- Eliminasi
BAB : 3-4 x/hari
BAK : saat dikaji ibu belum BAB

B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 Keadaan emosional : stabil
 Tekanan darah : 120/80 mm Hg
 Suhu tubuh : 364 0C
 Denyut nadi : 84 x /menit
 Pernapasan : 20 x /menit
Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Kepala : warna rambut : hitam, tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak ketombe
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih keabu-abuan
- Hidung : simetris +/+, secret : tidak ada/tidak ada, polip : tidak ada/tidak ada
- Telinga : serumen : tidak ada/tidak ada
- Mulut dan gigi : lidah bersih, gusi tidak epulis, gigi tidak caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : payudara
Pembesaran : ya/ya
Simetris : ya/ya
Areola : hiperpigmetnasi
Putting : menonjol
Colostrums : ada/ada
Axilla : pembesara kelenjar lifme : tidak ada/tidak ada
Perut
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : baik
- Linea alba : tak ada
- Linea nigra : ada
- Striae livide : ada
- Striea albican : ada
- Bekas luka operasi : tidak ada
- KK : kosong
Anogenital
- Lochea : rubra, bau kahas
- Perineum : tidak oedem
Luka jahitan : ada, bersih
- Varises : tidak ada
Eksterimitas : atas : oedem : tidak/tidak, varises : tidak/tidak
bawah: oedem : tidak/tidak, varises : tidak/tidak
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : -
2. USG / Radiologi : -



Tgl./Jam Intepretasi Data Dasar Dx/Msl/Kbthn Tujuan/KH Intervensi Raisonal Implementasi Evaluasi
Senin,
6-03-‘06
20.00 wib DS : Ibu mengatakan telah melahirkan anak yang pertama dengan normal jam : 19.40 wib dan jalan lahir di laboratorium dan dijahit.
DO : KU : baik
S : 364 0C
T : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Abdomen :
TFU : 2 jari bawah pusat
UC : baik
KK : Kosong
Anogenital :
Lochea : rubra, bau khas
Terdapat luka jahitan Dx : P1001, PP normal dengan episiotomi hari ke 1 T : Masa nifas hari 1 berjalan normal tanpa komplikasi
KH :
Td 110/70-120/80 mmHg
S : 365-375 0C
RR : 16-20 x/mnt
N : 80-90 x/mnt
Involusi uteri dan penge luaran lochea sesuai de ngan harinya 1. Observasi TTV dan keluhan


2. Penjelasan tentang perubahan selama nifas
3. Observasi TFU, lochea dan kontraksi


4. Observasi KK


5. HE tentang personal hygiene pada perineusdm 1. Untuk mengetahui perkembangan kea daan ibu dan deteksi keabnormalan
2. Memahami peruba han yang akan terja di selama nifas
3. Memastikan bahwa uterus mengalami in volusi dan tidak ter jadi perdarahan
4. KK yang penuh da pat menggangu invo lusi uterus
5. Mencegah infeksi 1. Mengobservasi TTV


2. Menjelaskan ten tang perubahan se lama nifas
3. Mengobservasi TFU, lochea dan kontraksi

4. Mengobservasi KK

5. Memberikan HE tentang personal hygiene pada perineum Tanggal, 6-3-2006
22.50 wib
S : ibu mengatakan keadaannya sudah membaik
O : K/U : baik
T : 120/80 mmHg
S : 365 0C
N : 80 /mnt
Rr : 20 x/mnt
TFU : 2 jari bawah pusat
Lochea : rubra, bau, khas
UC : baik
KK : Kosong
A : P1001, ibu pp nor mal 3 jam yang lalu
P : observasi TTV dan keluhan
Tgl./Jam Intepretasi Data Dasar Dx/Msl/Kbthn Tujuan/KH Intervensi Raisonal Implementasi Evaluasi





6-03-06
22.15 Pada perineum, ber sih



DO : ibu mengata kan nyeri pada luka jahitan, jika bergerak bertambah sakit
DO : pada perineum terdapat luka jahitan bersih
Jika bergerak ibu terlihat kesakitan





Masalah :
Nyeri luka jahitan




Tujuan : nyeri berkurang, ibu nyaman, dan tidak terjadi infeksi
KH : tanda reeda
TD : 110/70-120/80 mmHg
N : 80-90 x/mnt
Rr : 16-20 x/mnt
S : 365-375 0C




1. Observasi TTV

2. Ajarkan ibu teknik relaksasi



3. Ajarkan cara pera watan perineum


4. Anjurkan mobilisa si dini




1. Mendeteksi adanya keabnormalan
2. Mengurangi ketega ngan otot perineum dan otot panggul se hingga nyeri berku rang
3. Perawata yang tepat mengurangi risiko infeksi dan memper cepat penyembuhan
4. Memperlancar sirku lasi darah sehingga mempercepat proses penyembuhan




1. Mengobservasi TTV

2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi


3. Mengajarkan cara perawatan perine um

5. Menganjurkan mobilisasi dini Observasi TFU dan UC
Pantau intake dan out take
Obstetric lochea
Tgl, 07-03-2006
20.00 wib
S : Ibu mengatakan nyeri berkurang pada bagian luka jahitan
- Ibu mengatakan me lakukan teknik relak sasi yang diajarkan
T : 110/70 mmHg
S : 365 0C
N : 80 /mnt
Rr : 20 x/mnt
Pernieum : luka jahi tan bersih
TFU : 2 jari bawah pusat
Tgl./Jam Intepretasi Data Dasar Dx/Msl/Kbthn Tujuan/KH Intervensi Raisonal Implementasi Evaluasi
TFU : 2 jari bawah pusat
UC : baik
Lochea : rubra, bau khas
A : masalah teratasi sebagian
P : Observasi TTV dan keluhan
Pantaau keadaan
Motivasi untuk mobilisasi
 

Aljabar

Dari Crayonpedia
Langsung ke: navigasi, cari
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Faktorisasi Aljabar
o 1.1 A. Operasi Hitung Bentuk Aljabar
 1.1.1 1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
 1.1.2 2. Perkalian Bentuk Aljabar
 1.1.3 3. Pembagian Bentuk Aljabar
 1.1.4 4. Perpangkatan Bentuk Aljabar
o 1.2 B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar
 1.2.1 1. Pemfaktoran dengan Sifat Distributif
 1.2.2 2. Selisih Dua Kuadrat
 1.2.3 3. Pemfaktoran Bentuk Kuadrat
o 1.3 C. Pecahan dalam Bentuk Aljabar
 1.3.1 1. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar
 1.3.2 2. Perkalian dan Pembagian Pecahan Bentuk Aljabar
 1.3.3 3. Perpangkatan Pecahan Bentuk Aljabar
 1.3.4 4. Penyederhanaan Pecahan Bentuk Aljabar

if (window.showTocToggle) { var tocShowText = “tampilkan”; var tocHideText = “sembunyikan”; showTocToggle(); }
Faktorisasi Aljabar

Masih ingatkah kamu tentang pelajaran Aljabar? Di Kelas VII, kamu telah mengenal bentuk aljabar dan juga telah mempelajari operasi hitung pada bentuk aljabar tersebut. Sekarang, kamu akan menambah pengetahuanmu tentang aljabar tersebut, khususnya mengenai faktorisasi aljabar. Menurutmu, mengapa kamu perlu mempelajari aljabar? Mungkin kamu tidak menyadari bahwa konsep aljabar seringkali dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari, Nita menabung sebesar x rupiah. Berapa besar tabungan anak tersebut setelah satu minggu? Berapa besar pula tabungannya setelah satu bulan? Setelah 10 hari, uang tabungan itu dibelikan dua buah buku yang harganya y rupiah, berapakah sisa uang tabungan Nita? Jika nilai x adalah Rp2.000,00 dan nilai y adalah Rp5.000,00, carilah penyelesaiannya.
Saat kamu mencari penyelesaian dari kasus tersebut, maka kamu sedang menggunakan konsep aljabar. Oleh karena itu, pelajarilah bab ini dengan baik
A. Operasi Hitung Bentuk Aljabar
Di Kelas VII, kamu telah mempelajari pengertian bentuk aljabar, koefisien, variabel, konstanta, suku, dan suku sejenis. Untuk mengingatkanmu kembali, pelajari contoh-contoh berikut.
1. 2pq 4. x2 + 3x –2
2. 5x + 4 5. 9x2 – 3xy + 8
3. 2x + 3y –5
Bentuk aljabar nomor (1) disebut suku tunggal atau suku satu karena hanya terdiri atas satu suku, yaitu 2pq. Pada bentuk aljabar tersebut, 2 disebut koefisien, sedangkan p dan q disebut variabel karena nilai p dan q bisa berubah-ubah. Adapun bentuk aljabar nomor (2) disebut suku dua karena bentuk aljabar ini memiliki dua suku, sebagai berikut.
1. Suku yang memuat variabel x, koefisiennya adalah 5.
2. Suku yang tidak memuat variabel x, yaitu 4, disebut konstanta. Konstanta adalah suku yang nilainya tidak berubah.
Sekarang, pada bentuk aljabar nomor (3), (4), dan (5), coba kamu tentukan manakah yang merupakan koefisien, variabel, konstanta, dan suku?
1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Pada bagian ini, kamu akan mempelajari cara menjumlahkan dan mengurangkan suku-suku sejenis pada bentuk aljabar. Pada dasarnya, sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan yang berlaku pada bilangan riil, berlaku juga untuk penjumlahan dan pengurangan pada bentuk-bentuk aljabar, sebagai berikut.
a. Sifat Komutatif
a + b = b + a, dengan a dan b bilangan riil
b. Sifat Asosiatif
(a + b) + c = a + (b +c), dengan a, b, dan c bilangan riil
c. Sifat Distributif
a (b + c) = ab + ac, dengan a, b, dan c bilangan riil
Agar kamu lebih memahami sifat-sifat yang berlaku pada bentuk aljabar, perhatikan contoh-contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut.
a. 6mn + 3mn
b. 16x + 3 + 3x + 4
c. –x – y + x – 3
d. 2p – 3p2 + 2q – 5q2 + 3p
e. 6m + 3(m2 – n2) – 2m2 + 3n2
Jawab:
a. 6mn + 3mn = 9mn
b. 16x + 3 + 3x + 4 = 16x + 3x + 3 + 4
= 19x + 7
c. –x – y + x – 3 = –x + x – y – 3
= –y – 3
d. 2p – 3p2 + 2q – 5q2 + 3p = 2p + 3p – 3p2 + 2q – 5q2
= 5p – 3p2 + 2q – 5q2
= –3p2 + 5p – 5q2 + 2q
e. 6m + 3(m2 – n2) – 2m2 + 3n2 = 6m + 3m2 – 3n2 – 2m2 + 3n2
= 6m + 3m2 – 2m2 – 3n2 + 3n2
= m2 + 6m
Contoh Soal :
Tentukan hasil dari:
a. penjumlahan 10x2 + 6xy – 12 dan –4x2 – 2xy + 10,
b. pengurangan 8p2 + 10p + 15 dari 4p2 – 10p – 5.
Jawab:
a. 10x2 + 6xy – 12 + (–4x2 – 2xy + 10) = 10x2 – 4x2 + 6xy – 2xy – 12 + 10
= 6x2 + 4xy – 2
b. (4p2 – 10p – 5) – (8p2 + 10p + 15) = 4p2 – 8p2 – 10p –10p – 5 – 15
= –4p2 – 20p – 20
2. Perkalian Bentuk Aljabar
Perhatikan kembali sifat distributif pada bentuk aljabar. Sifat distributif merupakan konsep dasar perkalian pada bentuk aljabar. Untuk lebih jelasnya, pelajari uraian berikut.
a. Perkalian Suku Satu dengan Suku Dua
Agar kamu memahami perkalian suku satu dengan suku dua bentuk aljabar, pelajari contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Gunakan hukum distributif untuk menyelesaikan perkalian berikut.
a. 2(x + 3) c. 3x(y + 5)
b. –5(9 – y) d. –9p(5p – 2q)
Jawab:
a. 2(x + 3) = 2x + 6 c. 3x(y + 5) = 3xy + 15x
b. –5(9 – y) = –45 + 5y d. –9p(5p – 2q) = –45p2 + 18pq
b. Perkalian Suku Dua dengan Suku Dua
Agar kamu memahami materi perkalian suku dua dengan suku dua bentuk aljabar, pelajari contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Tentukan hasil perkalian suku dua berikut, kemudian sederhanakan.
a. (x + 5)(x + 3) c. (2x + 4)(3x + 1)
b. (x – 4)(x + 1) d. (–3x + 2)(x – 5)
Jawab:
a. (x + 5)(x + 3) = (x + 5)x + (x + 5)3
= x2 + 5x + 3x + 15
= x2 + 8x + 15
b. (x – 4)(x + 1) = (x – 4)x + (x – 4)1
= x2 – 4x + x – 4
= x2 – 3x – 4
c. (2x + 4)(3x + 1) = (2x + 4)3x + (2x + 4)1
= 6x2 + 12x + 2x + 4
= 6x2 + 14x + 4
d. (–3x + 2)(x – 5) = (–3x + 2)x + (–3x + 2)(–5)
= –3x2 + 2x + 15x – 10
= –3x2 + 17x – 10
Contoh Soal :
Diketahui sebuah persegipanjang memiliki panjang (5x + 3) cm dan lebar
(6x– 2) cm. Tentukan luas persegipanjang tersebut.
Jawab:
Diketahui : p = (5x + 3) cm dan l = (6x – 2) cm
Ditanyakan : luas persegipanjang
Luas = p × l
= (5x + 3)(6x – 2)
= (5x + 3)6x + (5x + 3)(–2)
= 30x2 + 18x – 10x – 6
= 30x2 + 8x – 6
Jadi, luas persegipanjang tersebut adalah (30x2 + 8x – 6) cm2
Amati kembali Contoh Soal. Ternyata perkalian dua suku bentuk aljabar (a + b) dan (c + d) dapat ditulis sebagai berikut.
(a + b)(c + d) = (a + b)c + (a + b)d
= ac + bc + ad + bd
= ac + ad + bc + bd
Secara skema, perkalian ditulis:

Cara seperti ini merupakan cara lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan perkalian antara dua buah suku bentuk aljabar. Pelajari contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Selesaikan perkalian-perkalian berikut dengan menggunakan cara skema.
a. (x + 1)(x + 2) c. (x – 2)(x + 5)
b. (x + 8)(2x + 4) d. (3x + 4)(x –
Jawab:
a. (x + 1)(x + 2) = x2 + 2x + x + 2
= x2 + 3x + 2
b. (x + 8)(2x + 4) = 2x2 + 4x + 16x + 32
= 2x2 + 20x + 32
c. (x – 2)(x + 5) = x2 + 5x –2x –10
= x2 + 3x – 10
d. (3x + 4)(x –8) = 3x2 – 24x + 4x – 32
= 3x2 – 20x – 32
3. Pembagian Bentuk Aljabar
Pembagian bentuk aljabar akan lebih mudah jika dinyatakan dalam bentuk pecahan. Pelajarilah contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Tentukan hasil pembagian berikut.
a. 8x : 4 c. 16a2b : 2ab
b. 15pq : 3p d. (8×2 + 2x) : (2y2 – 2y)
Jawab:


4. Perpangkatan Bentuk Aljabar
Di Kelas VII, kamu telah mempelajari definisi bilangan berpangkat. Pada bagian ini materi tersebut akan dikembangkan, yaitu memangkatkan bentuk aljabar. Seperti yang telah kamu ketahui, bilangan berpangkat didefinisikan sebagai berikut.

Untuk a bilangan riil dan n bilangan asli.
Definisi bilangan berpangkat berlaku juga pada bentuk aljabar. Untuk lebih jelasnya, pelajari uraian berikut.
a. a5 = a × a × a × a × a
b. (2a)3 = 2a × 2a × 2a = (2 × 2 × 2) × (a × a × a) = 8a3
c. (–3p)4 = (–3p) × (–3p) × (–3p) × (–3p)
= ((–3) × (–3) × (–3) × (–3)) × (p × p × p × p) = 81p4
d. (4x2y)2 = (4x2y) × (4x2y) = (4 × 4) × (x2 × x2) × (y × y) = 16x4y2
Sekarang, bagaimana dengan bentuk (a + b)2? Bentuk (a + b)2 merupakan bentuk lain dari (a + b) (a + b). Jadi, dengan menggunakan sifat distributif, bentuk (a + b)2 dapat ditulis:
(a + b)2 = (a + b) (a + b)
= (a + b)a + (a + b)b
= a2 + ab + ab + b2
= a2 + 2ab + b2
Dengan cara yang sama, bentuk (a – b)2 juga dapat ditulis sebagai:
(a – b)2 = (a – b) (a – b)
= (a – b)a + (a – b)(–b)
= a2 – ab – ab + b2
= a2 – 2ab + b2
Contoh Soal :


Selanjutnya, akan diuraikan bentuk (a + b)3, sebagai berikut.
(a + b)3 = (a + b) (a + b)2
= (a + b) (a2 + 2ab + b2) (a+b)2 = a2 + 2ab + b2
= a(a2 + 2ab + b2 ) + b (a2 + 2ab + b2 ) (menggunakan cara skema)
= a3 + 2a2b + ab2 + a2b + 2ab2 + b3 (suku yang sejenis dikelompokkan)
= a3 + 2a2b + a2b + ab2 +2ab2 + b3 (operasikan suku-suku yang sejenis)
= a3 + 3a2b + 3ab2 + b3
Untuk menguraikan bentuk aljabar (a + b)2, (a + b)3, dan (a + b)4, kamu dapat menyelesaikannya dalam waktu singkat. Akan tetapi, bagaimana dengan bentuk aljabar (a + b)5, (a + b)6, (a + b)7, dan seterusnya? Tentu saja kamu juga dapat menguraikannya, meskipun akan memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk memudahkan penguraian perpangkatan bentuk-bentuk aljabar tersebut, kamu bisa menggunakan pola segitiga Pascal . Sekarang, perhatikan pola segitiga Pascal berikut.

Hubungan antara segitiga Pascal dengan perpangkatan suku dua bentuk aljabar adalah sebagai berikut.

Sebelumnya, kamu telah mengetahui bahwa bentuk aljabar (a + b)2 dapat diuraikan menjadi a2 + 2ab + b2. Jika koefisien-koefisiennya dibandingkan dengan baris ketiga pola segitiga Pascal, hasilnya pasti sama, yaitu 1, 2, 1. Ini berarti, bentuk aljabar (a + b)2 mengikuti pola segitiga Pascal. Sekarang, perhatikan variabel pada bentuk a2 + 2ab + b2. Semakin ke kanan, pangkat a semakin berkurang (a2 kemudian a). Sebaliknya, semakin ke kanan pangkat b semakin bertambah (b kemudian b2). Jadi, dengan menggunakan pola segitiga Pascal dan aturan perpangkatan variabel, bentuk-bentuk perpangkatan suku dua (a + b)3, (a + b)4, (a + b)5, dan seterusnya dapat diuraikan sebagai berikut.
(a + b)3 = a3 + 3a2b + 3ab2 + b3
(a + b)4 = a4 + 4a3b + 6a2b2 + 4ab3 + b4
(a + b)5 = a5 + 5a4b + 10a3b2 + 10a2b3 + 5ab4 + b5
dan seterusnya.
Perpangkatan bentuk aljabar (a – b)n dengan n bilangan asli juga mengikuti pola segitiga Pascal. Akan tetapi, tanda setiap koefisiennya selalu berganti dari (+) ke (–), begitu seterusnya. Pelajarilah uraian berikut.
(a – b)2 = a2 – 2ab + b2
(a – b)3 = a3 – 3a2b + 3ab2 – b3
(a – b)4 = a4 – 4a3b + 6a2b2 – 4ab3 + b4
(a – b)5 = a5 – 5a4b + 10a3b2 – 10a2b3 + 5ab4 – b5
B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar
1. Pemfaktoran dengan Sifat Distributif
Di Sekolah Dasar, kamu tentu telah mempelajari cara memfaktorkan suatu bilangan. Masih ingatkah kamu mengenai materi tersebut? Pada dasarnya, memfaktorkan suatu bilangan berarti menyatakan suatu bilangan dalam bentuk perkalian faktor-faktornya. Pada bagian ini, akan dipelajari cara-cara memfaktorkan suatu bentuk aljabar dengan menggunakan sifat distributif. Dengan sifat ini, bentuk aljabar ax + ay dapat difaktorkan menjadi a(x + y), di mana a adalah faktor persekutuan dari ax dan ay. Untuk itu, pelajarilah Contoh Soal berikut.
Contoh Soal :
Faktorkan bentuk-bentuk aljabar berikut.
a. 5ab + 10b c. –15p2q2 + 10pq
b. 2x – 8x2y d. 1/2 a3b2 + 1/4 a2b3
Jawab:
a. 5ab + 10b
Untuk memfaktorkan 5ab + 10b, tentukan faktor persekutuan dari 5 dan
10, kemudian dari ab dan b. Faktor persekutuan dari 5 dan 10 adalah 5.
Faktor persekutuan dari ab dan b adalah b.
Jadi, 5ab + 10b difaktorkan menjadi 5b(a + 2).
b. 2x – 8x2y
Faktor persekutuan dari 2 dan –8 adalah 2. Faktor persekutuan dari x dan x2y adalah x.
Jadi, 2x – 8x2y = 2x(1 – 4xy).
c. –15p2q2 + 10pq
Faktor persekutuan dari –15 dan 10 adalah 5. Faktor persekutuan dari p2q2 dan pq adalah pq.
Jadi, –15p2q2 + 10pq = 5pq (–3pq + 2).
d. 1/2 a3b2 + 1/4 a2b3
Faktor persekutuan dari 1/2 dan 1/4 adalah 1/4.
Faktor persekutuan dari a3b2 adalah a2b3 adalah a2b2.
Jadi, 1/2 a3b2 + 1/4 a2b3 = 1/4 a2b2 (2a +b)
2. Selisih Dua Kuadrat
Perhatikan bentuk perkalian (a + b)(a – b). Bentuk ini dapat ditulis
(a + b)(a – b) = a2 – ab + ab – b2
= a2 – b2
Jadi, bentuk a2 – b2 dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian (a + b) (a – b).

Bentuk a2 – b2 disebut selisih dua kuadrat
Contoh Soal :
Faktorkan bentuk-bentuk berikut.
a. p2 – 4 c. 16 m2 – 9n2
b. 25x2 – y2 d. 20p2 – 5q2
Jawab:
a. p2 – 4 = (p + 2)(p – 2)
b. 25x2 – y2 = (5x + y)(5x – y)
c. 16m2 – 9n2 = (4m + 3n)(4m – 3n)
d. 20p2 – 5q2 = 5(4p2 – q2) = 5(2p + q)(2p – q)
3. Pemfaktoran Bentuk Kuadrat
a. Pemfaktoran bentuk ax2 + bx + c dengan a = 1
Perhatikan perkalian suku dua berikut.
(x + p)(x + q) = x2 + qx + px + pq
= x2 + (p + q)x + pq
Jadi, bentuk x2 + (p + q)x + pq dapat difaktorkan menjadi (x + p) (x + q). Misalkan, x2 + (p + q)x + pq = ax2 + bx + c sehingga a = 1, b = p + q, dan c = pq.
Dari pemisalan tersebut, dapat dilihat bahwa p dan q merupakan faktor dari c. Jika p dan q dijumlahkan, hasilnya adalah b. Dengan demikian untuk memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a = 1, tentukan dua bilangan yang merupakan faktor dari c dan apabila kedua bilangan tersebut dijumlahkan, hasilnya sama dengan b.
Agar kamu lebih memahami materi ini, pelajarilah contoh soal berikut.
Contoh Soal :
Faktorkanlah bentuk-bentuk berikut.
a. x2 + 5x + 6 b. x2 + 2x – 8
Jawab:
a. x2 + 5x + 6 = (x + …) (x + …)
Misalkan, x2 + 5x + 6 = ax2 + bx + c, diperoleh a = 1, b = 5, dan c = 6.
Untuk mengisi titik-titik, tentukan dua bilangan yang merupakan faktor dari 6
dan apabila kedua bilangan tersebut dijumlahkan, hasilnya sama dengan 5.
Faktor dari 6 adalah 6 dan 1 atau 2 dan 3, yang memenuhi syarat adalah 2 dan
Jadi, x2 + 5x + 6 = (x + 2) (x + 3)
b. x2 + 2x – 8 = (x + …) (x + …)
Dengan cara seperti pada (a), diperoleh a = 1, b = 2, dan c = –8.
Faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, dan 8. Oleh karena c = –8, salah satu dari
dua bilangan yang dicari pastilah bernilai negatif. Dengan demikian, dua
bilangan yang memenuhi syarat adalah –2 dan 4, karena –2 × 4 = –8 dan
–2 + 4 = 2.
Jadi, x2 + 2x – 8 = (x + (–2)) (x + 4) = (x – 2) (x + 4)
b. Pemfaktoran Bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠ 1
Sebelumnya, kamu telah memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a = 1. Sekarang kamu akan mempelajari cara memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠ 1.
Perhatikan perkalian suku dua berikut.
(x + 3) (2x + 1) = 2x2 + x + 6x + 3
= 2x2 + 7x + 3
Dengan kata lain, bentuk 2x2 + 7x + 3 difaktorkan menjadi (x + 3) (2x + 1). Adapun cara memfaktorkan 2x2 + 7x + 3 adalah dengan membalikkan tahapan perkalian suku dua di atas.
2x2 + 7x + 3 = 2x2 + (x + 6 x) +3 (uraikan 7x menjadi penjumlahan dua suku yaitu pilih ( x + 6x )
= (2x2 + x) + (6x + 3)
= x(2x + 1) + 3(2x + 1) (Faktorkan menggunakan sifat distributif)
= (x + 3)(2x+1)
Dari uraian tersebut dapat kamu ketahui cara memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠ 1 sebagai berikut.
1. Uraikan bx menjadi penjumlahan dua suku yang apabila kedua suku tersebut dikalikan hasilnya sama dengan (ax2)(c).
2. Faktorkan bentuk yang diperoleh menggunakan sifat distributif
Contoh Soal :
Faktorkan bentuk-bentuk berikut.
a. 2x2 + 11x + 12 b. 6x2 + 16x + 18
Jawab:
a. 2x2 + 11x + 12 = 2x2 + 3x + 8x + 12
= (2x2 + 3x) + (8x + 12)
= x(2x + 3) + 4(2x + 3)
= (x + 4)(2x + 3)
Jadi, 2x2 + 11x + 12 = (x + 4)(2x + 3).
b. 6x2 + 16x + 8 = 6x2 + 4x + 12x + 8
= (6x2 + 4x) + (12x +
= 2x(3x + 2) + 4(3x + 2)
= (2x + 4)(3x + 2)
Jadi, 6x2 + 16x + 8 = (2x + 4)(3x +2)
C. Pecahan dalam Bentuk Aljabar
1. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar
Di Kelas VII, kamu telah mempelajari cara menjumlahkan dan mengurangkan pecahan. Pada bagian ini, materi tersebut dikembangkan sampai dengan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Cara menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bentuk aljabar adalah sama dengan menjumlahkan dan mengurangkan pada pecahan biasa,
yaitu dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Agar kamu lebih memahami materi ini, pelajari contoh-contoh soal berikut.
Contoh Soal :

Contoh Soal :



2. Perkalian dan Pembagian Pecahan Bentuk Aljabar
a. Perkalian
Cara mengalikan pecahan bentuk aljabar sama dengan mengalikan pecahan biasa, yaitu

Agar kamu lebih memahami materi perkalian pecahan bentuk aljabar, pelajari contoh soal berikut.
Contoh Soal :



b. Pembagian
Aturan pembagian pada pecahan bentuk aljabar sama dengan aturan pembagian pada pecahan biasa, yaitu :

Contoh Soal :


3. Perpangkatan Pecahan Bentuk Aljabar
Pada bagian sebelumnya, kamu telah mengetahui bahwa untuk a bilangan riil dan n bilangan asli, berlaku:

Definisi bilangan berpangkat tersebut berlaku juga pada pecahan bentuk aljabar. Untuk lebih jelasnya, pelajari uraian berikut.

Contoh Soal :



4. Penyederhanaan Pecahan Bentuk Aljabar
Masih ingatkah kamu materi penyederhanaan pecahan yang telah dipelajari di Kelas VII? Coba jelaskan dengan menggunakan kata-katamu sendiri. Sekarang kamu akan mempelajari cara menyederhanakan pecahan bentuk aljabar. Untuk itu, pelajari uraian berikut ini.
a.
Untuk menyederhanakan bentuk , tentukan faktor persekutuan dari pembilang dan penyebutnya.
Kemudian, bagilah pembilang dan penyebutnya dengan faktor persekutuan tersebut.
Faktor persekutuan dari 5x dan 10 adalah 5.
Jadi,
b.
Faktor persekutuan dari 9p dan 27q adalah 9.
Jadi,
c.
Untuk menyederhanakan bentuk
tentukan faktor penyebutnya sehingga
Jadi,
Agar kamu lebih memahami materi penyederhanaan pecahan bentuk aljabar, pelajari contoh soal berikut.
Contoh soal :