Kenakalan Anak, Wujud Kepribadian Dan Kreatifitas
Sebagai orang tua kadang jengkel dan kesal dengan kenakalan anak. Sebenarnya kenakalan anak itu sendiri sedikit banyak merupakan efek dari proses pembelajaran anak wujud dari kepribadian dan kreatifitas anak. Artikel ini saya kutip dari situs KPAI.go.id, berikut kutipannya
LASKAR
PELANGI, Seru! Film ini tidak mengajak penonton untuk menangisi
kemiskinan. Sebaliknya, mengajak kita untuk memandang kemiskinan dengan
cara lain. Tepatnya melihat sisi lain dari kondisi kekurangan yang mampu
melahirkan kreativitas-kreativitas tak terduga.
Keterbatasan-keterbatasan yang dialami nyatanya menumbuhkan anggota
Laskar Pelangi menjadi karakter-karakter yang unik. Kenakalan-kenakalan kecil
bercampur dengan kepolosan yang cerdas, menghadirkan satu adonan
menakjubkan tentang bagaimana masa kecil dipersepsi dan dijalani oleh
anak-anak yang luar biasa ini. Mereka menjadi luar biasa karena hidup
dalam keterbatasan, luar biasa karena dibesarkan dengan idealisme pendidikanyang
terasa naif di jaman sekarang, sekaligus luar biasa karena garis nasib
menuntun mereka menjadi sosok-sosok yang tidak pernah terduga oleh
siapapun.
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam
kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada
hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya,
terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab
orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik,
emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara
harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat
jiwanya.
Dalam
perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa
bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan
timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan,
ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang
terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk
sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk
diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya.
Keluarga
merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati
kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai
peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak,
terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang
gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa
tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika
keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak.
Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya
dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak.
Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimanapendidikan itu
diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya
adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak.
Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut.
Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap
tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai
martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa
akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak.Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak.
Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya yaitu :
a. Orang tua anak tersebut dimanjakan oleh orang tuanya pula sehingga pengalaman itu diwariskan kepada anaknya.
b. Orang
tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat. Misalnya
kebahagiaan diidentik dengan menyenangkan hati anak-anaknya dengan
menuruti semua permintaan mereka dengan memberi barang-barang lux, uang.
c. Sikap
memanjakan dapat disebabkan juga karena orang tua dahulu mempunyai
pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka ingin menghindari
anak-anak mereka dari situasi yang serba sulit.
d. Orang
tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai waktu
senggang yang cukup bagi anak-anaknya. Kegiatan overaktif ini dapat
menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua tersebut sehingga mereka
menuruti semua permintaan atau memberikan barang-barang berharga sebagai
substitusi kasih sayang mereka.
e. Kecendrungan
orang tua yang kadang-kadang membedakan anak-anak mereka. Sikap
membedakan biasanya dilatarbelakangi oleh faktor pandangan/kebudayaan
tertentu misalnya rasa bangga terhadap anak laki-laki. Keadilan orang
tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam
pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi
anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan
anak pada orang taunya dan akan merasa iri hati dengan saudara
kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap
orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.
Jelaslah bahwa kenakalan Anak sangat dipengaruhi oleh peranan keluarga walaupun
faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Faktor keluarga sangatlah
penting karena merupakan lingkungan pertama, lingkungan primer. Apabila
lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu menglami hal-hal yang telah
disebutkan diatas seperti keluarga broken home yang disebabkan perceraian,
kebudayaan bisu, dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan
berpengaruh kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan Anak.
Bagaimanapun kenakalan Anak harus
dilakukan pengendalian karena apabila berkelanjutan akan menyebabkan
kerusakan pada kehidupannya pada masa yang akan datang. Selain dari
pihak keluarga pengendalian kenakalan Anak juga harus dilakukan dari
lingkungan Anak tersebut.
Guru dan Psikologi Penangkal Kenakalan Anak
Peran seorang Guru dalam membentuk kepribadian dan kreatifitas Anak
sangat berkaitan erat, setidaknya dalam hidupnya sejak dari taman
kanak-kanak hingga kuliah di Perguruan Tinggi, seorang anak akan
berhubungan langsung dengan para guru selama belasan bahkan puluhan
tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin peran seorang guru tidak menjadi
sesuatu hal yang mendapatkan prioritas lebih dari masyarakat untuk dapat
menangkal kenakalan Anak yang semakin hari semakin meresahkan kita.
Untuk menahan lajunya angka kasus-kasus kenakalan Anak
maka peran aktif para guru harus dioptimalkan. setidaknya dalam
kehidupannya setiap hari, seperempat atau setengahnya (5 – 8 jam) waktu
seorang Anak akan dihabiskannya bersama dengan para gurunya di sekolah,
bahkan ada dan bahkan banyak keakraban antara Anak dan gurunya berlanjut
positif sampai ke luar lingkungan sekolah.
Seperti terjadi dalam tetralogi laskar pelangi,
bagaimana perjuangan seorang guru, hubungan sosialnya dengan para
muridnya telah membentuk para murid menjadi para anak tangguh, berbudi,
dan memiliki cita-cita tinggi, yang bahkan “kenakalan anak” adalah sesuatu hal yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak mereka, “kenakalan anak” yang indah,“kenakalan anak” karena layaknya mobilitas seorang anak, “Kenakalan anak” karena tingginya kreativitas seorang anak, “kenakalan anak” yang berdiri di atas jembatan yang benar dan lurus, “kenakalan anak” yang terarah,“kenakalan anak” yang tidak melampaui batas, “kenakalan anak” yang bahkan telah menjadi inspirasi bagi ratusan juta anak lainnya, “kenakalan anak” yang bukan “kenakalan anak”.
Kenakalan Anak merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik seperti norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo, SH kenakalan Anak adalah :
1. Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan Anak :
1. Anak-anak
yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut
menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
2. Anak-anak
yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di
sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak
tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka
menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang
tidak terbimbing.
3. Anak-anak
yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang
oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini
sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
5. Anak-anak yang suka berbohong.
6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Kenakalan Anak dapat
berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa
berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan
yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi
terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian
orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh
kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan
benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam
sekumpulan benda mati.
PENGENDALIAN TERHADAP KENAKALAN ANAK
Dalam mengatasi kenakalan Anak yang
paling dominan mengendalikan adalah dari keluarga, karena merupakan
lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi
kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap
bicara yaitu :
1. Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu
perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk
menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan
pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak
orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut :
a. menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :
a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap/cara yang bersifat represif
Yaitu
pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial
yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti
menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam
diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu
pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan
hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Cara Mengatasi Kenakalan Anak
Adapun
berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh orang tua atau pendidik
untuk mengembangkan kepribadian dan kretivitas anak dalam mengatasi kenakalan anak, yaitu :
1. Bentuklah
pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan
menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan minat anak.
2. Perkenenkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar.
3. Berikanlah
pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif
pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu.
4. Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri.
5. Bertindaklah
lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi,
serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
6. Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
7. Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan.
8. Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak.
Penerapan cara-cara tersebut
tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami
dunia anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak pada
dasarnya hanya untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan
kreativitas anak sebagai bentuk perhatrian dan imajinasinya.
Demikian artikel tentang kenakalan anak, semoga menambah wawasan kita tentang kenakalan anak dan senantiasa mampu mengatasi kenakalan anak kit